Latest Updates

Setiap Anak Membawa Rezeki

Setiap Anak Membawa Rezeki - Menjadi seorang ayah buat saya merupakan peristiwa yang memunculkan beraneka rasa dalam hati.Adarasa syukur akan diberi amanah yang baru, sedikit panik atau mungkin sedikit ketakutan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Ketidak tenangan karena proses menunggu, keharuan yang mendalam sampai tangis kesedihan melihat penderitaan isteri saat melahirkan. Juga kebanggaan karena akan menjadi ayah (lagi) dan rasa lain yang sulit terungkap lewat tulisan ini.

Obat Penyubur kandungan De Nature

Setiap kelahiran anak saya, masing- masing membawa cerita dan makna betapa besar kekuasaan Allah. Kelahiran anak pertama diwarnai dengan banyak pembelajaran dan pencerahan buat saya dan isteri. Isteri hamil dalam keadaan kondisi isteri masih kuliah dan ma’isyah masih sedikit. Ujian muncul ketika hitungan dokter dan bidan tentang waktu lahir ternyata lebih dari perkiraan normal. Bahkan jika kami hitung usia kehamilan isteri sampai 10 bulan. Saat kami periksa, dokter menyarankan agar bayi kami segera dilahirkan. Akhirnya kami sepakat isteri melahirkan di bidan terdekat saja.

Saat proses kehamilan isteri mulai mulas, muntah dan tidak mau makan sama sekali. Sampai jam 11 malam isteri belum juga melahirkan, padahal dia masuk rumah sakit jam 6 sore. Puncaknya, bidan menyerah saat air ketuban isteri sudah pecah tapi bayi kami tidak kunjung lahir. Akhirnya, diputuskan untuk dibawa ke Rumah Sakit Sadikin BANDUNG. Akhirnya lewat operasi Caesar calon jundiyah pertama kami sebesar 3,7 kg yang kami beri nama Rumaisha Hanifah Mubarakah, lahir ke dunia. Rezeki pertama sesudah kelahiran Hani -begitu kami memanggilnya- adalah diterimanya saya sebagai dosen di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Orang tua saya sering menyebut ini sebagai rezeki anak.

Anak Membawa Rezeki

Lain lagi dengan kelahiran anak kedua saya pada bulan Juli 2000. Saya sendiri sedang membina pengajian mahasiswa di rumah saat isteri merasa mulas. Biasanya jam 11 malam acara itu selesai, tapi karena dari kamar isteri sudah memberi tanda, maka sebelum jam 10 saya selesaikan. Begitu tiba di bidan, tidak sampai setengah jam lahirlah anak kedua kami, yang diberi nama Abdurrahman Al-Fayyad Mubarak.

Saat isteri masih hamil anak kedua, dia sempat mendambakan sebuah tanah kecil yang bisa ditempati atas nama sendiri. Tidak melulu menjadi “kontraktor”. Ternyata menjelang kelahiran Abdurrahman, kami bukan sekedar mendapat tanah kecil tapi sekaligus rumah. Rumah tersebut terletak persis di depan kampus tempat saya bekerja. Tentu saja tidak ada hal lain yang kami lakukan kecuali mensyukurinya. Allah memang sungguh-sungguh kaya.

Proses menunggui kelahiran ketiga, kami merasa sudah mendapatkan pengalaman yang berharga bagaimana mempersiapkan sebuah kelahiran. Namun, saat hari perkiraan lahir tiba, justru tanda-tanda melahirkan belum ada. Saya masih tetap tenang saja melakukan aktivitas kampus dan dakwah seperti biasa. Bahkan, saat tetangga menelepon karena isteri sudah mulas-mulas, saya malah sedang berbelanja peralatan laboratorium komunikasi grafis bersama asisten laboratorium jurusan. Segera tentengan belanjaan peralatan itu saya titipkan ke tetangga, begitu juga anak-anak.

Bayi yang besar ternyata mempersulit proses kelahiran. Tak kurang dari 3 orang menolong lahirnya bayi kami. Bayi dengan berat 4.5 kg -sebuah berat yang sangat besar untuk ukuran bayi normal- pun lahir ke dunia sebagai calon mujahid kami yang ketiga. Kami beri nama Abdullah Al-Asad Mubarak. Lahirnya jundi kami yang kitiga ini dibarengi dengan banyaknya rezeki yang dulu tidak pernah kami bayangkan. Kami dianugerahi rezeki Allah lewat tangan –tangan mereka dengan mesin cuci, lemari, kasur, plus dipannya dan peralatan bayi yang sangat lengkap. Hadiah-hadiah yang susah untuk dibalas kecuali sebuah do’a tulus atas pemberian mereka.

Menunggui proses kelahiran anak-anak ternyata membawa sebuah nilai ruhiyah yang sangat dalam untuk jiwa saya. Terkumpul di sana sebuah keikhlasan, ketawakalan, dan rasa syukur yang tertuju lebih kepada Allah. Orang bilang inilah sebuah kesejatian yang paling nyata dalam menjadi seorang ayah. Tapi, menurut saya, kesejatian seorang ayah bukanlah diukur dengan bisa sekedar punya anak atau tidak, tapi harus ditandai dengan pemahaman dan tanggungjawab akan masalah-masalah yang muncul setelahnya, seperti: pendidikan, perawatan, perhatian, dan kasih sayang serta pemenuhan hak-hak anak secara utuh sesuai dengan aturan Allah. Karena sekali lagi anak sebenarnya adalah titipan amanah bahkan ujian dari-Nya.

Akhirnya, saya selalu berdo’a dan terus berusaha agar bisa selalu menjadi ayah yang baik buat anak-anak saya, Setiap Anak Membawa Rezeki, itu bukan hanya sekedar konsep tapi juga untuk menjadi teladan. Saya anggap ini adalah sebuah janji dari hati yang terdalam.

0 Response to " Setiap Anak Membawa Rezeki "

Posting Komentar

Silahkan berkomentar dengan baik & Relevan dengan conten Artikel, Dilarang menyisipkan Link Hidup. jika Teks url blog/web atau isi di daftar tamu itu diperbolehkan, Terima kasih.